BerlianPos.Com | JSCgroupmedia ~ Kejadian menegangkan terjadi pasca kemerdekaan 1945, di mana Indonesia masih harus berhadapan dengan Belanda.
Perang hampir pecah karena perebutan Irian Barat, di mana Belanda tidak rela memberikan wilayah itu kepada Indonesia.

Bahkan, Belanda berencana menjadikan Irian Barat sebagai negara persemakmuran, dan di sinilah yang membuat Indonesia marah.
Karena upaya itu, Presiden Soekarno mencanangkan Operasi Trikora, misi pembebasan Irian Barat.
Salah satu misi dalam Operasi Trikora ini adalah Operasi Cakra I yang berlangsung dari 20 sampai 29 Juli 1962.
Operasi kala itu difokuskan untuk mengintai, mendapatkan informasi sebanyak mungkin guna keberhasilan operasi amfibi.

Dalam Operasi Cakra I, ALRI (Angkatan Laut RI) mengerahkan 4 kapal selam dan salah satunya RI Nagabanda.
“Operasi Cakra I tanggal 20-29 Juli 1962 melibatkan empat kapal selam dengan tugas utama pengintaian di kota-kota pelabuhan penting Irian Barat. RI Nagabanda bertugas melakukan pengintaian antara Kota Baru dan Biak. Pengintaian secara teliti dan rahasia memastikan pimpinan memperoleh data musuh yang penting bagi keberhasilan operasi amfibi”, jelas Dinas Sejarah Angkatan Laut di Instagramnya (30/4/25).

Namun operasi tidak berjalan lancar, karena kapal selam RI Nagabanda terdeteksi oleh kapal perusak Belanda.
“Dalam pelaksanaan misi RI Nagabanda berada di utara Irian Barat, keberadaannya terdeteksi oleh kapal perusak anti-kapal selam Belanda”, sambungnya.
Oleh karena itu, RI Nagabanda terpaksa bersembunyi di bawah air selama 36 jam, bahkan sampai memadamkan listrik untuk menghindari deteksi sekaligus menghemat baterai dan oksigen.
“Dalam kondisi terancam, RI Nagabanda bersembunyi di dasar laut dengan memadamkan seluruh peralatan listrik untuk menghindari deteksi dan menghemat baterai serta oksigen.
Kegiatan dapur juga dihentikan, kru bertahan selama 36 jam hanya dengan makanan darurat yang sangat terbatas. Suasa di dalam semakin pengap dan panas karena alat regenerasi udara harus diaktifkan meski menambah beban listrik”, pungkas Dinas Sejarah Angkatan Laut.
Selama itu pula, terdengar ledakan bom di mana-mana menandai bahwa kapal musuh berusaha menghancurkan RI Nagabanda.
Setelah 36 jam berlalu, Rl Nagabanda perlahan naik ke permukaan setelah memastikan kapal musuh pergi meninggalkan lokasi.
RI Nagabanda adalah 1 dari 12 kapal selam Kelas Whiskey yang melengkapi kekuatan Angkatan Laut Indonesia untuk pertama kalinya pasca kemerdekaan.
Program modernisasi Angkatan Laut Indonesia untuk pertama kalinya itu berjalan dari akhir 1950-an sampai awal 1960-an.
Beberapa alutsista Soviet tercanggih pada masa itu Indonesia dapatkan, dan salah satunya kapal selam Kelas Whiskey.
“Angkatan Laut Indonesia atau Korps Kapal Selam Hiu Kencana diawali dengan kedatangan dan peresmian 2 dari 12 kapal selam kelas Whiskey buatan Uni Soviet pada tanggal 4 September 1959 bersama dengan 3 Kapal Torpedo Retriever T368.
Total 12 unit kapal selam Kelas Whiskey yang Indonesia dapatkan, mereka adalah RI Chakra 401, RI Nanggala 402, RI Nagabanda 403, RI Trisula 404, RI Nagarangsang, 405, RI Tjandrasa 406, RI Aligoro 407, RI Tjundamani 408, RI Widjajadanu 409, RI Pasopati 410, RI Hendradjala 411, dan RI Bramastra 412”, dikutip dari The Maritime Review (26/7/22) dalam artikel “Southeast Asia’s First Submarine Forces: The Royal Thai Navy and The Indonesian Navy Submarine Force”.
Laman kchf.ru menjelaskan bahwa RI Nagabanda beserta 11 kapal selam lainnya adalah kapal selam Kelas Whiskey asal Soviet.
Di Soviet, kapal selam Kelas Whiskey lebih dikenal dengan nama Proyek 613, dibangun pada tahun 1949-1958.
Kapal selam ini berbobot 1.045 ton saat berada di permukaan, dan 1.342 ton saat dia berada di bawah air.
Kapal selam Kelas Whiskey memiliki panjang 76 meter, lebar 6,3 meter, dan draft 5 meter, yang dapat membawa 55 awak di dalamnya.
Termasuk canggih pada masanya, karena kapal selam kelas ini sudah menggunakan kombinasi mesin diesel-listrik.
Mesin diesel dipakai saat kapal selam bergerak di permukaan, sedangkan motor listriknya untuk menggerakkan kapal di bawah air.
Mengapa dia berjalan di permukaan? Untuk mengisi daya baterainya dan mengeluarkan gas CO2 yang terkumpul di kapal.
Kecepatan di permukaan mencapai 18 knot sementara saat berada di bawah air, kecepatannya menurun menjadi 13 knot.
Jangkauan operasionalnya mencapai 8580 mil laut saat berada di permukaan, sementara daya jangkaunya ketika berada di bawah air menurun drastis hanya menjadi 353 mil laut.
Meski begitu, kapal selam era Soviet ini memiliki waktu operasional cukup lama, yaitu 30 hari.
Kapal selam Kelas Whiskey juga dapat dipasangi persenjataan, seperti 4 torpedo 533mm di bagian depan kapal dan 2 torpedo sejenis yang ditembakkan dari belakang.
Fungsi pemasangan tabung torpedo di belakang kapal adalah untuk menyasar target yang sedang membuntuti.
Dua tabung torpedo itu juga bisa diganti dengan dua puluh dua ranjau laut sesuai kebutuhan.
Pada periode yang hampir mirip, total 215 kapal selam ini diekspor ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, , Albania, Bulgaria, China, Mesir, Korea Utara, Polandia, dan tentu saja Soviet.
Namun sayangnya, Proyek 613 dihentikan pada 25 April 1989, dan armada milik Soviet dibongkar. | BerlianPos.Com | ZonaJakarta | *** |
alhamdulillah