BerlianPos.Com | JSCgroupmedia ~ Blok Ambalat adalah harga mati wilayah Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” demikian Rizal Tan Ketua Umum Garda Serumpun Sebalai Indonesia [GSSI] kepada media, beberapa waktu lalu.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, keberadaan Rusia juga akan memberikan peranan dukungan kepada Indonesia dikarenakan klaim sepihak Malaysia terhadap Blok Ambalat, padahal dunia Internasional tahu Blok Ambalat adalah wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar hukum Internasional yang jelas diantaranya pada Tahun 1969 telah ditandatangani perjanjian bilateral kedua negara yaitu Perjanjian Tapal Batas Landas Kontinen kedua negara dan UNCLOS 1982,” tegas Rizal Tan.

Menurut Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Rieke Diah Pitaloka, mengungkapkan bahwa dalam perjalanan sejarah yang kaya dan penuh dinamika, hubungan antara Indonesia dan Rusia telah berkembang dari sekadar interaksi diplomatik.
Rieke mengatakan, sejak kunjungan bersejarah dari Sarefit Nicholas II ke Pulau Jawa pada akhir abad ke-19 hingga dukungan signifikan Uni Soviet dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, kedua negara telah membangun ikatan yang tak hanya mengatasi jarak fisik, tetapi juga menciptakan cita-cita bersama untuk perdamaian dan keadilan global.
“Kunjungan ini menjadi titik awal pembukaan hubungan diplomatik, di mana Rusia membuka konsulat di Batavia pada tahun 1894,” kata Rieke dalam diskusi ‘Historical Perspective on the Bilateral Relations between Indonesia-Russia’ di Jakarta, Selasa, 24 September 2024.
“Konsul Modest Bakunin mencatat pengalamannya dalam buku The Brief von Z.K.H. Nicholas Alexandrovich Krupport Throne of Power von Rasselan I.M.A.R.T. 1889 yang menyoroti keindahan Jawa dan interaksi budaya saat itu,” lanjutnya.

Selama perjuangan Indonesia untuk merdeka, Uni Soviet menjadi salah satu pihak yang paling mendukung. Pada tahun 1946, mereka mengangkat masalah Indonesia di Dewan Keamanan PBB dan mengecam agresi militer Belanda. Presiden Soekarno menyambut baik dukungan ini dan berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan Uni Soviet.
Hubungan diplomatik resmi Indonesia-Uni Soviet terbentuk pada tahun 1954. Duta Besar pertama Indonesia untuk Uni Soviet, Dr. Subandrio, melakukan serangkaian kunjungan, yang semakin mempererat kerjasama antara kedua negara di bidang politik, ekonomi, dan militer. Kunjungan Presiden Soekarno ke Moskow dan sebaliknya memperkuat ikatan ini.

Kunjungan pemimpin kedua negara membawa hasil kerja sama signifikan di berbagai bidang. Indonesia mendapatkan bantuan dari Uni Soviet untuk membangun infrastruktur, termasuk Stadion Gelora Bung Karno.
Selain itu, Uni Soviet memberikan bantuan militer, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan militer yang diperhitungkan di Asia Tenggara.
Setelah peristiwa 1965, hubungan kedua negara mulai meredup. Pemerintah Orde Baru lebih memilih kerjasama dengan negara-negara Barat, sehingga banyak alutsista asal Soviet yang terabaikan. Namun, kunjungan Presiden Soeharto ke Uni Soviet pada tahun 1989 menghidupkan kembali hubungan diplomatik.
Pasca-reformasi 1998, hubungan Indonesia dan Rusia memasuki babak baru. Pertemuan antara Presiden Megawati dan Presiden Putin menghasilkan kesepakatan penting, termasuk pembelian pesawat tempur.
Hingga saat ini, perdagangan antara kedua negara terus berkembang, dengan Rusia menjadi salah satu investor di Indonesia.
Perjalanan hubungan Indonesia dan Rusia merupakan perjalanan yang kaya akan dinamika. Dari dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia hingga kerjasama ekonomi saat ini, kedua negara telah membangun fondasi persahabatan yang kuat.
Seperti yang diungkapkan oleh Soekarno, meskipun jarak memisahkan Jakarta dan Moskow, cita-cita bersama menjadikan keduanya dekat.
“Kita juga memiliki tanggung jawab bersama untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Persahabatan Indonesia-Rusia harus selalu dihidupkan untuk mencapai perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan sosial di seluruh dunia. Terima kasih,” tutup Rieke. | BerlianPos.Com | MetroTV | *** |
alhamdulillah hubungan baik indonesia rusia